Senin, 16 November 2009



RENDAH HATI YUKKKKSSS. . . .

Manusia sesuai dengan kodratnya, adalah mahluk yang dengan sejumlah keterbatasannya dengan semua kelemahan. Manusia seringkali bersikap mencla-mnecle, plin-plan bersikap? Bahkan, ay 9-10 menyebutkan lidah yang mengutuk dan memuji Tuhan.

Apa reaksi anda jika suatu ketika menghadapi situasi membuat nyali kita ciut? Apakah akan bereaksi seperti: bekicot alias keong? Burung Unta, Kambing Hitam atau malah pakai langkah seribu ‘colong gelanggang tinggal playu? Pilatus-isme. . . .Petrus-isme ? Apa?

Berdasarkan Yakobus 3:8 mengingatkan kita bahwa INKONSISTEN merupakan salah satu kelemahan manusia. Tidak seorang yang memiliki jabatan tinggi atau pun rendah? Apapun capaian gelar akademis ataupun status sosial ekonominya, bahkan kadar tingkat keningratannya? Juga tidak bagi yang berjabatan tinggi dalam keagamaan, semunya tidak bebas dari sikap mencla mencle? (Luk 18:9-14 Farisi dan Pemungut Cukai atau Matius 23).


MENGAKUI KETIDAK SEMPURNAAN
Para pemikir arif bijaksana, mewariskan kepada kita beberapa kesimpulan tentang manusia, yaitu:

ALIM, orang yang tahu apa yang diketahuinya. Itulah alim, ikutlah dia.
NAIM, orang yang tahu namun tak mengetahui yang diketa huinya. Itulah naim, bangunkan dia!
PENUNTUT, orang yang tak tahu tapi tidak mau tahu. Itulah penuntut, tunjuki dia.
JAHIL, orang yang tak tahu tapi tidak tahu kalau ia tidak tahu. Itulah jahil, jauhilah dia (Al-Ghazzali)

• REFLEKSI BUDAYA - ‘Manungsa iku asipat apes’, siapapun diantara kita bisa saja berbuat salah (disengaja maupun tidak sengaja). Kesadaran bathin ini yang melatar belakangi adanya pepatah ‘bener lan luput iku sandhangane wong urip’. Makna hakiki kesadaran tersebut membuka wawasan bathin manusia senantiasa bersikap rendah hati dalam menghadapi setiap hal. Oleh karenanya dikenal sejumlah nasehat berhubungan dengannya, al. ‘Aja bungah ing pangalem, aja susah ing panacad’. ‘Aja mongkog ing pambombong, aja nglokro ing panyendhu’, ‘Lamun sugih, aja sumugih, lamun pinter aja kuminter’ dstnya.

Yakobus mengajak kita untuk secara sungguh-sungguh mengakui ketidak sempurnaan diri kita? Suatu perjalanan jujur memasuki semua sisi pengalaman kita, yang tidak bisa diketahui siapa pun. Tetapi, Tuhan mengenal setiap perbuatan kita. Sebuah kesadaran ketidak sempurnaan diri yang akan membuat kita menjadi orang yang ’bisa rumongso’ dan bukan malah menjadi ’orang yang rumongso biso’


1.
ADAKAH MANUSIA SEMPURNA?
Tidak ada seorang pun manusia yang tidak melakukan kesalahan dalam hidupnya, setidaknya dalam hal berkata-kata (ayat 1-2).

1 Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.2 Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.


2.
TIDAK SEORANGPUN YANG SEMPURNA
Lidah manusia sedemikian luar biasa kuatnya, melebihi kekang pada mulut kuda (3) atau juga melebihi dari binatang menjalar dan binatang laut! Sekali lagi, tidak seorang pun yang bisa menjinakkan lidahnya.

3.Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. 4.Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. 5.Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. 6.Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka. 7.Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, 8.tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.

9.Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, 10.dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
3.
KONSISTENSI BERSIKAP
Berdasarkan hukum alam - sebagai retoris ayat 11-12 - mengatakan ketidak mungkinan ’air tawar menghasilkan air pahit’ atau ‘pohon ara menghasilkan buah zaitun’ dan selanjutnya ‘pokok anggur menghasilkan buah ara’?

11.Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? 12.Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar. (Yakobus 3:1-12)

Saudara-saudara ykk,
Kesaksian Yakobus 3:11-12 diingatkan untuk bersikap konsisten sebagai penolakan sikap mendua (ay 9-10). Ditengah segala ketidak sempurnaan, kita bertanggung jawab untuk senantiasa BERUSAHA UNTUK KONSISTEN.

BELAJAR: berdasarkan Yakobus 1:2-4 2.Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 3.sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. 4.Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.

Yakobus 1:2-4 sekaligus mengingatkan kita agar tidak lemah dalam menghadapi kesulitan. Tetaplah berada dalam posisi sebagai seorang pelajar, yang senantiasa terus menerus selalu meningkatkan dirinya. Bahkan terkesan malah kita membuka diri untuk belajar dan di uji oleh Tuhan agar kita menjadi sempurna.

RAJA AYAM

Manusia hidup dalam situasi, dibesarkan situasi, dan tidak sedikit diantara kita yang meniru (menduplikasi) situasinya. Siapa saja yang tidak bertindak tidak selaras dengan situasi dimana ia ada akan disebut sebagai ‘aneh’ atau tidak ‘up to date’. Ranggawarsita pernag mengingatkan agar kita penuh kewaspadaan,‘iki jaman edan sing sapa ora edan ora keduman. luwih beja wang kang eling lan waspada’. Begitulah, adakalanya seringkali situasi telah sedemikian rupa mengubah karakter seseorang.
Mungkin saudara pernah mendengar tentang kisah tentang seekor ayam yang mengerami sebutir telur burung Rajawali. Di kemudian hari sungguh memilukan ketika seekor anak burung rajawali harus mengais-ngais makanan bersama anak-anak ayam lainnya? Situasi sedemikian digdaya mengubah burung ‘Rajawali’ menjadi ‘raja-ayam’. Hari-hari si Rajawali dijalani menjadi ‘raja-ayam’ karena memang itulah lingkungan dimana ia ada saat itu. Untuk mengembalikan kerajawaliannya, pastilah bukan perkara mudah dan sederhana. Bukanlah mustahil jika sampai mati nanti, ia tidak pernah sadar bahwa ia sesungguh rajawali yang perkasa. Kebenaran kisah ini tidak usah diperdebatkan, setidaknya ada pelajaran berharga yang bisa diambil. Antara lain menasehatkan agar kita memeliki keberanian untuk bersikap kritis terhadap situasi yang akan ‘meng-ayam’ kan diri kita. Situasi yang memperlemah atau mengubah jati diri sebagai garam dan terang.

TANGGUNG JAWAB MENGASIHI
Kesanggupan 'rajawali' sangat dibutuhkan setiap orang untuk mampu mengasihi. Secara umum, mengasihi tidak hanya ada pada manusia, bahkan bisa juga dilakukan oleh mahluk ciptaan Tuhan lainnya seperti misalnya burung yang mengasihi anak-anaknya. Namun demikian, ada sebuah pertanyaan apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu apakah upahmu? Jika kita mengasihi seseorang mengasihi kita, maka kita tidak lebih dari seorang penipu. Atau pahala apakah yang akan kamu peroleh darinya, karena siapapun orangnya, yang berdosa sekalipun ia tahu mengasihi yang mengasihinya (Lukas 6:32) Contohnya, para pemungut cukai ‘Bukankah seorang pemungut cukai’ sebagai manusia yang dikenal sebagai orang tamak, merekapun mengasihi mereka yang mengasihi.

• Kamu yang jahat tahu memberi yang baik (Mat 7:11 Lukas 11:13)
• Namun, orang Farisi mengharamkan tindakan kasih dengan 2 ketentuan, yaitu: (1) mengasihi orang yang telah menyakiti mereka atau (2) mengasihi orang kafir, orang-orang yang bukan sebangsa dan setradisi dengan mereka. Sikap anti-kasih dipelihara dengan semangat agama. Rupanya dendam ala Farisi, dalam bentuknya yang lain bisa jadi masih terdapat dalam kehidupan, ketika saya hanya mengasihi orang yang berbuat baik kepada saya, sedangkan yang berbuat jahat saya balas saya tuntas. Farisiisme juga tampak ketika ‘saya mengasihi kaum kerabat’ saya, dan selebihnya tidak?

Selanjutnya, Tuhan Yesus memberikan suatu perbandingan jika hanya itu saja Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun - sebagaimana yang orang non Yahudi ketika sesama mereka saling berpapasan dijalan saling memberi salam juga. Jika kita memberi salam hanya kepada saudara kita, teman kita sesama orang Kristen, maka kita tidak lebih dari orang kafir yang juga melakukan yang sama. Artinya, semua kasih manusiawi yang setinggi apapun selalu tercemar oleh noda-noda egoisme. Sebaliknya, setiap pengikut Kristus terpanggil mengasihi musuh-musuh kita dengan kasih kristiani yang bebas dari egoisme, suatu kasih yang dicerahi oleh kasih adi kodrati.
Persoalannya ialah ‘apakah lebihnya’ dari perbuatan orang lain (ay 47). Artinya, menjadi pengikut Kristus tidak hanya sebatas sama dengan apa yang orang kafir lakukan, melainkan melampaui mereka dalam hal kebajikan. Hidup keagamaan kita harus lebih benar dari (perisseuse ....pleoin) dari orang Farisi (Mat 5:20) demikian pun kasih kita harus melebihi, lebih besar daripada (perisson) kasih orang yang tidak mengenal Allah (ay 47).

Mat 5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga

Bonhoeffer menyebut yang membuat orang Kristen berbeda dari manusia lain ialah ‘kekhususannya’ (perisson= ‘lain dari pada yang lain’), yang ‘luar biasa’, sesuatu yang bukan seharusnya. Yang melebihi, yang melampaui semuanya. Apa yang wajar ‘to auto’ (umum) bagi orang Kristen dan kafir dimulai dengan perisson (yang luar biasa), dengan demikian menjadi orang Kristen yang istimewa. Bapa sama baiknya kepada orang jahat maupun kepada orang baik, maka anak-anakNya haruslah berperilaku demikian pula. Kehidupan umat manusia yang lama (yang telah jatuh kedalam dosa) di dasarkan pada keadilan primitif, membalas kejahatan dengan kejahatan, dan budi baik dengan budi baik. Kehidupan umat manusia yang baru (yang sudah diselamatkan) didasarkan pada kasih illahi, tidak menuntut balas, melainkan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan (Roma 12:21)



LUNTUR - TUA - BOSAN - IMMUN/KEBAL - NGLOKRO
Kodrat alami yang berlaku untuk semuanya adalah kefanaan, segala sesuatu dalam hidup ini dalam proses waktu akan mengalami kerusakan. Dalam dunia materi kita bisa melihat dengan jelas melalui benda-benda mengalami kerusakan dengan berkarat, kalau kerupuk melempem, jika kain luntur, manusia menjadi tua dsbnya. Demikian juga dengan emosi-emosi manusia, tidak ada yang kekal.

1.
Kebaikan Untuk Semua Orang
Tujuan: mengajak jemaat bersikap awas terhadap egoisme yang secara perlahan merasuki cara hidup zaman ini, serta memiliki komitmen untuk menebar benih kebaikan bagi semua orang tanpa pandang bulu, sebagai cara untuk memelihara persaudaraan, perdamaian sejati dan kenyamanan dunia ini.

MANUSIA BERSIKAP PANDANG BULU - Secara relatif-subjektif setiap manusia - individu atau kelompok - tidak bebas dari rasa suka dan tidak suka, benci dan sayang yang akhirnya akan sangat menentukan perilakunya. Dalam Yakobus 2:1-4 diingatkan agar tidak bersikap pandang bulu, sbb:

JANGAN MEMANDANG MUKA - 1 Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. 2 Sebab jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga ke situ dengan mamakai pakaian buruk, 3 dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: ‘Silahkan tuan duduk di tempat yang baik ini!’, sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: ‘Berdirilah di sana! atau” ‘Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!’, 4 bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat (Yakobus 2:1-4)

Untuk itu Roma 2:1 mengingatkan ketidak-valid-an sikap suka dan tidak suka, benci dan sayang, khususnya berkenaan dengan kodratnya sebagai mahluk yang memiliki keterbatasan.

1 Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau menghakimi yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama
2 Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. 3 Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah? 4 Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? 5 tetapi oleh kekerasan hatimu ( - Yunani, sklerotes) yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.
6 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, 7 yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, 8 tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. 9 Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, 10 tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani.
11 Sebab Allah tidak memandang bulu (Roma 2:1-11)


ORANG KAYA DAN LAZARUS YANG MISKIN
19 ‘Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungun dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. 20 Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, 21 dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.
22 Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. 23 Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. 24 Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. 25 Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik, sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. 26 Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datanmg dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. 27 Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, 26 sebab masih ada 5 orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. 29 Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi: baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. 30 Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. 31 Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’ (Lukas 16:19-31)


TUHAN TIDAK PANDANG BULU - Dalam kehidupan jemaat Kristen mula-mula, ada klaim kaum Yahudi sebagai pewaris iman Abraham yang sah sekalipun perilaku hidup mereka tidak terpuji. Status sebagai umat pilihan tidak akan menyebabkan Tuhan bersikap pilih kasih, (1) berdasarkan kesaksian Alkitab pada Roma 2:2 dikatakan Tuhan akan bersikap jujur dan (2) Tuhan tidak pandang bulu antara Yahudi dan Yunani, yang dilihatnya ialah perbuatan mereka yang sungguh melaksanakan kehendak Tuhan (Mat 7:21).

ALLAH TIDAK MEMBEDAKAN ORANG - 34 Lalu mulailah Petrus berbicara katanya: ‘Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. 35 Setiap orang dari bangsa manapun yang atkut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya. 36 Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang. 37 Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes, 38 yaitu tentang Yesus dari Nazareth: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai iblis, sebab Allah menyertai Dia (Kisa 10).

Oleh karenanya, atas dasar kesadaran bathin bahwea ke-Maha-Kuasa-an Allah (Amsal 15:3) dapat mengetahui dengan sangat akurat segala perilaku manusia, sampai keakar bathinnya yang paling dalam, yang tidak dapat dilihat manusia.

Dalam Injil Lukas 18:11-14 disebutkan bagaimana Tuhan tidak dapat dikelabui dengan peribadahan yang indah secara lahiriah tetapi penuh dengan kesombongan (Matius 23)

(11)Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan penzinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini (12)aku berpuasa 2 kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. (13)pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: ‘Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14)Aku berkata kepada kepadamu, Orang ini pulang kerumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri ia akan ditinggikan. (Lukas 18:11-14)

Kutipan ayat diatas mengajarkan kepada kita agar keyakinan mewarnai setiap perilaku orang percaya, yang secara kulitatif harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada Tuhannya (II Kor 5:10), dan bukan demi disukai, ataupun disayangi manusia.

RENUNGKAN FIRMAN

RENUNGKAN FIRMAN

Pengikut